welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Jujur? Harus!

Amsal 11:11; 21:2-8; 1 Tesalonika 2:10-12 

Nilai sebuah kejujuran itu mahal! Benarkah? Pernahkah kita mendengar ungkapan, "Uang memang bisa membeli segalanya, tetapi tidak bisa membeli kejujuran?" Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan bahwa kejujuran itu lebih berharga dari nilai apa pun dan tidak bisa dibeli dengan apa pun. Namun faktanya, banyak orang menggadaikan kejujurannya dengan harga yang murah. Mereka lebih memilih "keuntungan sedikit" daripada tetap jujur di hadapan sesama maupun di hadapan Tuhan.
Sebut saja Rio. Suatu hari ia sedang berdiskusi dengan kenalannya mengenai kejujuran. Orang itu berkata kepadanya, "Hidup di kota Jakarta ini, kita jangan terlalu jujur, kawan. Kalau terlalu jujur, justru hidupmu tidak akan lebih baik. Jika ada kesempatan mendapat keuntungan, abaikan saja kejujuran itu." Rio pun berpikir dan beranggapan pendapat itu ada benarnya. Dalam pekerjaan, ia berada di posisi yang strategis berkaitan dengan keuangan. Gaji yang diperoleh cukup besar, namun ia merasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mewah, maka ia pun mulai me-mark up data keuangan perusahaan sedikit-sedikit untuk kantongnya sendiri, namun lama-kelamaan mark up besar-besaran. Beberapa kali ia lolos dari audit finansial namun pada pemeriksaan terakhir, ia tak bisa mengelak dari fakta dan data yang ditemukan auditor, karena adanya penggelembungan biaya produksi dan pengeluaran perusahaan. Ketidakjujuran menghantar Rio kepada korupsi kecil-kecilan hingga besar-besaran, dan akhirnya mendekam di dalam penjara.
Banyak orang tertipu dengan konsep dunia yang menawarkan hidup mewah melalui meraup keuntungan besar, walau harus menerjang kejujuran. Buktinya, banyak pejabat yang korupsi dan juga muncul berbagai penipuan, seperti investasi bodong, papa minta pulsa, penipuan sms, dlsb. Mengatasnamakan kebutuhan hidup, mereka rela membohongi, menipu, dan memalsukan. Yang sangat disayangkan, ada juga orang-orang yang mengaku hamba Tuhan dan anak-anak Tuhan, namun ternyata bermaksud menipu demi memperkaya diri. Apakah Tuhan terlalu miskin untuk memberkati kebutuhan hidup manusia? Tidak, manusialah yang terlalu kaya akan nafsu keserakahannya dengan dalih kebutuhan hidup. Memang ada banyak orang yang diizinkan Tuhan hidup dalam kemiskinan, namun bukan berarti dapat mengabaikan kejujuran. Adanya kemiskinan bisa disebabkan alam, kebodohan, kelemahan, bencana, dlsb. Maksudnya, agar yang diberkati memberkati yang berkekurangan, juga sebagai bentuk ujian hidup, sehingga barangsiapa yang bertahan dengan nilai-nilai kejujuran, semangat, dan kerja keras, pasti menjadi pemenang kehidupan.
Ketidakjujuran hanya memberikan keuntungan materi sesaat saja, tetapi kejujuran akan mendapatkan kepercayaan dan kehormatan. Tuhan mau kita hidup berkarakter jujur bukan hidup di balik kemunafikan, kamuflase, dan kebohongan. Prioritaskanlah kejujuran!

DOA
Bapa, ampuni aku yang selama ini selalu bersikap tidak jujur terhadap Engkau dan sesama. Mampukan aku Bapa untuk selalu hidup jujur. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here