welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Andai Aku Tidak Melakukannya

Maleakhi 2:16; Matius 19:6

Aku benci hari Rabu. Hari Rabu adalah hari di mana aku dengan berat hati harus melepaskan kedua putriku untuk pergi ke rumah ayahnya sehabis pulang sekolah hingga hari Senin. Mungkin terdengar berlebihan, namun setiap mereka pergi, aku selalu merasa kesepian. Aku menyadari inilah risiko yang harus aku tanggung atas segala keputusan yang aku ambil enam bulan yang lalu, setelah aku dan suamiku bercerai.
Setiap Rabu pagi, aku menyiapkan bekal untuk anak-anakku sambil meneteskan air mata. Aku berusaha menahan air mata saat aku membangunkan kedua putriku agar bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah semuanya siap, aku mengantar anak-anakku ke depan pintu gerbang, dan tepat pukul 06.40 WIB bis sekolah datang menjemput mereka. Aku melambaikan tangan dan tersenyum simpul ke arah kedua anakku yang juga melambaikan tangan kepadaku dari jendela bis sekolah mereka. Perlahan mobil itu menjauh, aku pun kembali menangis tersedu-sedu. Rasanya seperti ada pisau yang mengiris hatiku saat aku melepaskan mereka, meski hanya untuk beberapa hari saja. Selama lima menit aku menangis mengingat keputusan yang telah kuambil saat itu, setelah itu aku mencoba untuk pulih kembali. Untuk mengatasi rasa sedihku, aku melakukan kegiatan yang sudah kurencanakan beberapa hari sebelumnya. Aku terus menguatkan hati dan berusaha menjalani hari ini dengan kesibukan. Mulai dari berolahraga, ke pusat perbelanjaan, sampai bertemu dengan teman-teman. Di saat menjalani aktivitas itulah aku bisa sedikit demi sedikit menghilangkan rasa sedih yang ada dalam benakku. Perlahan-lahan aku pun merasakan keadaan emosiku mulai stabil. Olahraga, mendengar suara musik, dan jalan-jalan mengingatkanku betapa sedihnya hidup sendiri tanpa kehadiran keluarga yang utuh dan lengkap. Kini aku menyadari bahwa perceraian telah membuat seluruh kehidupanku berubah dan terasa lebih berat, apalagi ketika aku harus membagi waktu agar anak-anakku dapat menghabiskan waktu dengan aku dan juga ayah mereka. Aku pun merenung dan berkata dalam hati, "Andai saat itu aku membuat keputusan yang berbeda, aku mungkin tidak perlu merasa sesedih ini di setiap hari Rabu."
Sebuah konflik dalam rumah tangga memang sulit dihindari, namun tidak semua persoalan dalam rumah tangga harus diselesaikan dengan jalan perceraian. Ingatlah bahwa Tuhan membenci perceraian! Itu sebabnya dalam Mat 19:6, Yesus mengatakan apa yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat diceraikan manusia. Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak pernah ada hal baik yang akan kita tuai dari sebuah perceraian. Hidup di dalam doa akan menguatkan kita dan membuat kita lebih berhikmat dalam menghadapi segala persoalan rumah tangga. Dengan demikian keputusan untuk bercerai pun akan jauh dari pemikiran setiap umat Tuhan.

DOA
Bapa, aku menyerahkan segala persoalan ke dalam tanganMu, berikanlah aku hikmat dalam mengatasi segala persoalan ini dengan bijak. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here