Roma 1:11; 1 Timotius 4:14-16
Di dalam kehidupan ini, tentu kita memiliki orang-orang yang menjadi panutan bagi kita. Terlebih lagi di dalam perjalanan pertumbuhan iman kita. Dapatkah kita mengingat kembali pelajaran-pelajaran kehidupan yang dapat dipetik dari orang-orang tersebut? Mungkin mereka adalah orang-orang yang lebih berpengalaman dari kita, atau hanya orang biasa.
Di tempat saya bekerja di rumah jompo, kami suka dikunjungi oleh seorang wanita setengah baya yang memiliki seekor anjing yang berbulu tebal dan putih berkilau, bernama Lola. Lola bertubuh besar dengan bulu yang tebal membuat ia nampak seperti beruang. Kedatangan wanita itu dengan seekor anjing yang lucu sangat menghibur para lansia. Mereka sangat senang dikunjungi oleh ibu ini. Ternyata, ibu ini memiliki jadwal untuk mengunjungi rumah-rumah jompo yang lain. Dia mengirim kartu ucapan dengan memuat foto Lola di dalamnya. Satu hal yang tebersit di benak saya adalah ia memakai sesuatu yang ia miliki, yaitu seekor anjing yang sangat lucu untuk melakukan sesuatu yang sangat sederhana dengan sukarela, namun memberi pelajaran berarti bagi saya. Apakah yang saya miliki yang dapat dipakai untuk melakukan sesuatu bagi sesama, sekaligus dapat memberikan pelajaran berharga bagi orang lain? Dengan kata lain, kita harus menjalani kehidupan ini dengan memberikan karunia diri yang dapat kita bagikan kepada orang lain.
Paulus mendefinisikan hal ini dengan sebuah pernyataan, "Untuk memberikan karunia rohani kepadamu." Paulus sangat mengenali potensi-potensi rohani di dalam dirinya yang dapat menjadi pelajaran-pelajaran berharga bagi orang-orang yang ia layani, sehingga dengan berani ia menyatakan, "Turutilah teladanku." Pernyataan ini tidaklah menyatakan sebuah kesombongan rohani, melainkan sebuah pengenalan diri yang sangat baik. Ia sangat mengenali karunia-karunia rohani yang Tuhan beri di dalam kehidupannya. Dan memakai semua itu untuk mendatangkan kemuliaan Tuhan. Ia memiliki banyak teladan kehidupan yang dapat ia bagikan, dan menjadi pemenang jiwa bagi Kerajaan Sorga karena karunia diri yang ia terapkan dalam perjalanan iman kekristenannya.
Penginjilan sesungguhnya bukanlah berapa banyak pengulasan tentang konsep-konsep kebenaran Tuhan yang dapat kita jabarkan dalam kata-kata, melainkan yang dapat kita terapkan di dalam diri kita dan kemudian memberikannya dalam bentuk karunia diri yang dapat dibaca oleh dunia. Kita harus menjadikan butir-butir kebenaran Tuhan tentang iman, kasih, kerendahan hati, dsb., menjadi bagian hidup kita. Demikianlah kita memberikan karunia diri kita sebagai orang percaya dalam takaran kebenaran Tuhan. Sebab, orientasi iman kekristenan kita bukanlah untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain. Kita menjadi orang percaya agar orang lain juga menjadi orang percaya. Marilah kita mulai menerapkan kebenaran Tuhan di dalam hidup kita. Itulah karunia diri kita sebagai orang percaya.
DOA
Bapa, mampukan aku untuk memberikan karunia diri bagi orang lain, dengan jalan menerapkan kebenaranMu di dalam hidupku. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
back
Best viewed in Mozilla Firefox 3 or greater